بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
MAJLIS KAJIAN INTERAKTIF TAFSIR AL-QUR`AN
(M-KITA) SURAKARTA
Allah berkalam:
إِنْ
 تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ 
سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا (31) وَلَا تَتَمَنَّوْا
 مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ 
مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا 
اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (32) 
Artinya:
31.
 jika kalian menjauhi/ menghindarkan diri dari dosa-dosa besar, niscaya 
Allah akan meleburkan kesalahan-kesalahan/ dosa-dosa kecil kalian dan 
memasukkan kalian ke dalam tempat yang mulia.
32.
 dan janagnlah kalian mengangan-anagnkan apa yang Allah lebihkan 
sebagian kalian atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian 
sesuai dengan usaha mereka, dan bagi perempuan juga ada bagian sesuai 
dengan usaha mereka. Dan mintalah karunia kepada Allah, sesungguhnya 
Allah itu mMaha Mengetahui atas segala sesuatu.
Makna umum ayat: 
Dalam
 ayat sebelumnya diterangkan, bahwa Allah melarang kita memakan atau 
mengambil harta yang tidak menjadi hak milik kita, mengambil harta 
dengan cara yang tidak dibenarkan syara’. Allah juga melarang membunuh 
orang lain maupun membunuh dirinya sendiri, dan ini adalah dosa besar. 
Maka di ayat 
ini Allah menjelaskan macam dosa dan bagaimana manusia bisa melebur 
dosa-dosa kecilnya. Allah jelaskan, sekiranya kalian bisa menjauhkan 
diri dari dosa-dosa besar, maka Allah akan melebur kejelekan-kejelekan, 
atau dosa kecil yang kalian lakukan tanpa sengaja. 
Setelah itu 
Allah akan memasukkan kalian ke tempat yang mulia, yakni surga, dan juga
 di dunia dengan kehidupan hidup yang damai, mulia dan penuh barakah. 
Karena itu Allah melarang kita untuk iri terhadap apa yang telah Allah 
berikan kepada orang lain, tetapi Allah mengajari kita untuk berdoa. 
meminta kepada-Nya karena hakekatnya semua itu adalah milik Allah. Dan 
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Hikmah dan pelajaran:
1.     Ulama membagi dosa ada dua: 1) Kabair atau dosa besar. Menurut Ibnu Abbas
 cirinya adalah dosa yang ada hukuman hadnya, seperti mencuri, minum 
khamar, zina, dsb, atau setiap dosa yg ada ancaman dari Allah, seperti 
ancaman masuk neraka bagi pelakunya, misalnya dosa berani kpd ortu. Atau
 Allah melaknat atau marah sekali dengan perbuatan itu, misalkan 
provokator, adu domba. atau perbuatan yang ada ancaman siksaan untuknya 
seperti ghibah (ngrasani). Untuk lebih jelasnya bisa membaca buku Al-Kabair oleh Syaikh Adz-Dzahabi 2) Sayyiat
 yaitu dosa kecil. Contoh: selain yang disebutkan di atas, memandang 
perempuan bukan mahram, berpikir porno. Tapi ingat, dosa kecil bila 
dijadikan kebiasaan akan menjadi dosa besar (Ali Imran: 135). 
Kadang
 kita tidak meyadari bahwa kita melakukan dosa kecil. Iklan apapun 
sekarang memakai icon perempuan, tatkala kita melihat itu, sebenarnya 
tanpa sadar sudah melakukan dosa. Dosa-dosa kecil ini otomatis akan 
dilebur oleh Allah jika kita mampu menjauhkan diri dari dosa-dosa besar.
 Untuk menambah wawasan bisa membaca buku “The Power of Tobat” terbitan 
Tiga Serangkai. 
2.     Ayat
 ini menunjukkan keagungan anugerah Allah yang diberikan kepada hambanya
 yang lemah penuh dosa. Selain dengan cara yang ada dalam ayat ini, 
Allah juga banyak memberikan keringanan-keringanan untuk melebur 
dosa-dosa kita. Seperti misalkan melangkahkan kaki ke masjid, ke majlis 
ilmu, atau antara jumat dengan jumat berikutnya, umroh dengan umroh 
berikutnya. Semua amal shaleh ini akan melebur dosa-dosa kecil jika 
dilakukan dengan ikhlas dan sesuai aturan syara`.
3.      Hujjatul Islam Imam Ghazali dalam (Ihya` ulumuddin: 4/16) menyebutkan ada 4 sifat yang menjadi sumber dosa kita :
Sifat rububiyyah,
 sifat ketuhanan misal angkuh, sombong, merasa tinggi, hebat, dll. 
Semestinya ini adalah sifat milik Allah, kalau kita memakainya, maka 
kita akan jatuh dan dimurkai Allah. Contohnya iblis membangkang, angguh 
dan sombong. Bedanya iblis dengan Adam, keduanya sama-sama pernah 
terjatuh dalam kesalahan, tapi bedanya: iblis salah, tapi tdk merasa 
bersalah, malah sombong. Sedangkan Adam tatkala salah, langsung bingung 
bagaimana cara bertaubat, ketika Allah beritahukan cara bertaubat, maka 
segera Adam dan Hawa bertaubat (al-`Araf: 23). Karena itu kita harus 
mempunyai sifat tawadlu, dan itu akan menyebabkan tingginya derajat 
kita. Salah satu bentuk tawadlu kita misalnya tatkala kita tidak tahu 
kita menjawab dengan “allahu a’lam”. Kalau memang salah tidak perlu 
gengsi untuk menerima kebenaran.
Sifat syaithaniyah,
 ini bukan sifat manusia, tapi diadopsi oleh manusia. Misal dengki, iri,
 bikin makar, helah atau rekayasa buruk. Mungkin diantara kita ada yang 
bertanya “Kenapa, ko Allah jadikan musuh untuk kita yang kita tidak bisa
 melihatnya tapi dia bisa melihat kita?” Allah Maha Tahu, maka Allah 
ajari kita untuk beristi’adzah pada-Nya. Oleh karena itu kalau ada 
perasaan tidak enak, tidak baik, kita berta’awudz. Bahkan dalam masalah 
mimpi pun kita juga diajari oleh Rasul, tatkala mimpi buruk kita doa a’udzubillahi min syarriha wa min syarri syaithanirrajim. Dan meniup tiga kali ke arah kiri.  Karena mimpi buruk itu dari setan. Adapun mimpi buruk dari Allah. walhasil, jangan sampai sifat-sifat setan itu menjadi sifat kita. 
Sifatul bahimiyyah
 atau kehewanan. Hewan itu hanya mengejar dua hal, perut dan di bawah 
perut. Kalau manusia sudah mengikuti hewan maka akan menghalalkan segala
 cara. Islam membolehkan itu, tapi harus pakai cara, ada syariatnya dan 
tidak boleh berlebihan. Rosulullah mengajarkan, agar  jangan makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. 
Sifat sabu’iyyah/hewan buas, maka akan timbul perilaku/ sifat ingin merugikan orang lain, sifat kejam, ingin memukul orang, menerkam orang, dan sebagainya.
4.       نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ  Menurut
 ulama ahlu ushul, ini keutamaan yang diberikan kepada kita dan Allah 
tidak wajib untuk melebur dosa itu. Hak untuk melebur atau tidak itu 
adalah hak Allah. Jangan sampai kita salah memahaminya, lalu 
“nggampangke” atau menyepelekan. 
5.       Kalau
 orang bisa menjaga perilakunya maka Allah akan menjaganya. Ulama 
berkata: kalau orang meremehkan sunah maka akan meremehkan yang wajib, 
demikian juga kalau meremehkan syubhat maka lambat laun akan meremehkan 
yang haram. Karena sifat baik maupun buruk itu masuk pada kita secara 
bertahap. Oleh karena itu Rosulullah saw mengajari kita untuk 
menciptakan lingkungan yang baik. Kadang kita kecolongan. Anak sudah 
disekolahkan yang bagus, didikan orang tua juga bagus, namun kadang 
dibiarkan nonton tv, padahal acaranya kadang kontradiktif dengan apa 
yang kita sampaikan kepada mereka. Ini akan merusak anak. Jadi, tidak 
cukup kita hanya menjauhi lingkungan buruk, tapi kita harus ciptakan 
lingkungan yang baik.
6.     Dalam
 ayat ke 32, Allah melarang kita untuk iri terhadap kenikmatan orang 
lain. Baik dalam masalah duniawiyah maupun diniyyah (ilmu). Ini adalah 
penyakit hati dan ini bahaya karena sifat ini akan menggerogoti kita 
bagaikan penyakit kanker. Penyakit hasad ini mengakibatkan orang bisa 
berpikir buruk, dan akan mengakibatkan tekanan darah tinggi, stress dan 
akhirnya mati. Makanya kita diajari oleh Allah untuk berlindung dari 
hasad. Disamping itu hadits mengajarkan kalau melihat sesuatu yang 
bagus, kita ucapkan “masya Allah laa haula wa laaa quwwata illa billah” 
ini agar tidak menimbulkan rasa iri. Adapun ghibtoh, yaitu kita 
memohon Allah agar kita diberi apa yang telah diberikan orang lain, hal 
ini diperbolehkan. Sedangkan hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat 
yang dimiliki seseorang. Dan ini adalah bisikan setan yang dilarang oleh
 Allah.
7.     Allah
 ciptakan manusia ini berbeda-beda. Semua sesuai dengan ilmu dan hikmah 
Allah. Maka jangan protes dengan bagian kita, tapi kita harus qana’ah 
setelah kita melakukan usaha yang maksimal. Jangan qana’ah yang terpaksa
 atau disalahpahami, karena itu sebenarnya adalah kemalasan. 
8.       لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ini
 adalah bentuk keadilan Allah. Boleh saja wajah, jenis kelamin, dan 
lainnya berbeda, tapi di sisi Allah kelak akan mendapat pahala yang 
sesuai dengan yang apa yang dikerjakan. Jangan merasa lebih dari orang 
lain padahal nanti di hadapan Allah tidak punya apa-apa.
9.       وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ  (Dan mintalah karunia kepada Allah).
 Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk memohon kepada Allah, apapun 
yang kita inginkan. Jangan iri, dengki, kepingin apa yg dipunya orang 
lain, karena hakekatnya semua ini milik Allah, maka mintalah kepada 
Allah. Jadi orang bisa kaya, pandai, dan lain-lain itu semua karena fadlullah atau
 karunia Allah. Di samping itu kita harus yakin, bahwa Allah lebih tahu 
dengan keadaan kita. Jadi, apa yang diberikan Allah kepada kita saat ini
 adalah yang terbaik untuk kita. Wallahu `alam bish-showab.
source : mkitasolo

Tidak ada komentar:
Posting Komentar